Masing-masing dari kita menjalani banyak peran dalam hidup kita. Di tempat kerja, kamu mungkin seorang rekan kerja, seorang manajer, atau bahkan CEO. Di luar pekerjaan, kamu mungkin menjadi orang tua, seorang pengasuh, seorang saudara, ataupun seorang teman. Setiap peran dilengkapi dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Ketika semua peran yang kita mainkan seimbang, kita merasa puas dan bahagia. Namun, kita juga dapat dengan cepat kehilangan kendali ketika salah satu peran mulai mendominasi peran yang lain. Dalam artikel ini, kita akan lebih memahami peran yang kita mainkan dalam hidup. Kita juga akan mengeksplorasi bagaimana menangani tanggung jawab kita masing-masing tanpa membuat diri kita lelah.
Peran yang kita mainkan dalam hidup juga dikenal sebagai peran sosial(1). Mereka mengacu pada berbagai perilaku, tanggung jawab, dan harapan yang kita inginkan dalam berbagai situasi. Perilaku dan ekspektasi ini biasanya lebih diperkuat oleh masyarakat dan orang-orang di sekitar kita.
Misalnya, Karin memulai paginya dengan perannya sebagai seorang ibu, di mana dia diharapkan menyiapkan anak-anaknya untuk sekolah. Setelah mengantar anak-anaknya, dia pergi ke kantor dan beralih ke perannya sebagai manajer pemasaran, di mana dia secara profesional mengelola kampanye di tempat kerja. Saat istirahat makan siang, dia berperan sebagai teman, mendengarkan kekhawatiran rekan kerjanya.
Kita mungkin sama seperti Karin, kita menjalankan berbagai peran di rumah dan di tempat kerja. Kita beralih di antara mereka sepanjang hidup kita dan bahkan sepanjang hari. Terlebih lagi, kegagalan untuk memenuhi salah satu peran kita berdampak pada konsekuensi tertentu, seperti kehilangan hubungan atau kehilangan pekerjaan.
Sebagai orang dewasa biasanya harus menjalankan peran sebagai orang tua dengan mengasuh anak, pekerjaan profesional, pekerjaan rumah, hubungan keluarga, dan hobi. Kompleksitas ini terbukti menyebabkan stres, konflik, dan kelebihan beban.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa kita bisa mendapatkan pengalaman bermakna di tengah kekacauan antara kehidupan kerja dan keluarga kita(2). Ini bukanlah tentang membagi waktu secara merata antara pekerjaan, rumah, dan waktu luang. Lebih tepatnya, ini tentang reflektif dalam suatu hubungan untuk dapat menggunakan waktu dan energi, perhatian, serta psikologis kita dalam semua kewajiban tiap peran. Berikut caranya:
Pertama, buat daftar semua peran dan tanggung jawab yang saat ini kamu jalankan. Kamu juga bisa menggunakan alat bantu seperti Wheel of Life untuk merepresentasikan seberapa banyak energi yang kamu curahkan untuk setiap peran(3). Untuk lebih jelasnya, pikirkan juga rutinitas harianmu dan orang-orang yang berkaitan dihidupmu.
Dengan melakukan hal tersebut, kamu bisa mulai melihat bagaimana setiap peran saling berhubungan atau saling menggantikan. Kira-kira peran manakah yang menyita terlalu banyak waktu dan energimu? Tanggung jawab mana yang ingin lebih kamu perhatikan? Bagaimana kamu bisa menggunakan satu peran untuk meningkatkan peran lainnya?
Setelah mengidentifikasi peran sosialmu, kamu telah menciptakan kesadaran untuk melihat segalanya dengan perspektif yang lebih jelas. Langkah selanjutnya adalah memutuskan apa prioritasmu dan bagaimana menyesuaikan hidupmu sesuai dengan prioritas tersebut.
Wawancara dalam survei Harvard Business Review melaporkan bahwa mereka memiliki work-life balance yang lebih baik setelah mereka memprioritaskan ulang waktu mereka agar sejalan dengan prioritas mereka yang sebenarnya(4). Salah satu narasumber wawancara mengatakan bagaimana dia masih melihat dirinya sebagai seorang profesional tetapi mendefinisikan kembali peran itu untuk lebih inklusif dengan peran penting lainnya, seperti peran sebagai seorang ayah.
Berikut adalah beberapa petunjuk untuk membantu kamu dalam menentukan prioritas:
Kamu juga dapat menggunakan alat bantu seperti Action Priority Matrix untuk mengidentifikasi komitmen dan hal-hal yang lebih baik didelegasikan atau dihilangkan(5).
Hebat! Sekarang kamu telah mengenali prioritasmu dan mengevaluasi opsi yang dapat membantumu menjadi lebih baik. Selanjutnya, kita perlu mengambil tindakan untuk melihat perubahan yang berarti. Penelitian telah menemukan dua jenis perubahan yang efektif sebagai strategi(4):
Akan ada saat-saat dalam hidupmu ketika satu peran mengesampingkan yang lainnya. Dan itu tidak masalah.
Tidak perlu stres berlebihan untuk mengikuti rencana atau jadwal yang sempurna. Terkadang, kamu mungkin harus lebih fokus pada pekerjaan dan terkadang keluarga juga membutuhkan lebih banyak perhatian darimu. Misalnya, orang tua yang sakit dan membutuhkan perawatan, atau adanya proyek besar di tempat kerja. Tidak banyak yang bisa kita lakukan untuk mengubah keadaan kita pada saat-saat seperti ini.
Belajar menerima fase apa pun yang kamu hadapi akan mengurangi stres secara signifikan. Kamu perlu menyadari bahwa keseimbangan dapat dicapai dari waktu ke waktu, dan membiarkan dirimu untuk tetap fleksibel. Menerima, mengalihkan, dan mengevaluasi kebutuhanmu setiap hari adalah kunci untuk menemukan work-life balance.
Menemukan keseimbangan di antara semua peran dan tanggung jawab yang kita jalani tidak bisa diselesaikan dengan cepat. Lebih tepatnya, ini adalah siklus berkelanjutan dari penyadaran diri dan penyesuaian prioritas. Terutama jika kita biasa hidup dalam tuntutan dari tempat kerja dan rumah. Namun, ingatlah bahwa keseimbangan berarti memiliki waktu untuk diri sendiri juga. Orang-orang yang kamu cintai pantas mendapatkan yang terbaik, dan kamu hanya dapat memberikannya ketika kesehatan fisik dan mental kamu terjaga dengan baik.
Kamu mencari bantuan profesional untuk kesehatan mental-mu? Manfaatkan fasilitas tanpa biaya selama 1 bulan* di ThoughtFullChat (disediakan oleh FWD Insurance), yang meliputi:
Dapatkan uji coba ThoughtFullChat tanpa biaya selama 1 bulan di sini.
*Selama kuota tersedia. Informasi selengkapnya dapat dilihat di www.fwd.co.id/id/mindstrength#guidance-session