Passionate people pasti sudah tahu dong manfaat dari olahraga secara rutin? Tidak hanya untuk menjaga kesehatan saja, olahraga juga diyakini bisa mencegah kanker dan berbagai penyakit kritis lainnya. Baik itu olahraga indoor maupun outdoor, asal dilakukan dengan cara yang benar, maka bisa bermanfaat baik bagi tubuhmu.
Tidak hanya itu saja, jika aktivitas olahraga ditekuni secara serius, maka bisa menjadi sebuah profesi menjanjikan dan bisa ikut serta mengharumkan nama bangsa di mata internasional. Tidak hanya bisa dilakukan oleh orang dengan kondisi fisik yang baik saja, profesi sebagai atlet juga bisa ditekuni oleh siapapun, termasuk seseorang yang memiliki kekurangan fisik.
Memang, kekurangan fisik tidak boleh menjadi penghalang bagi seseorang untuk berprestasi. Contohnya seperti 3 atlet perempuan yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di tengah kekurangan fisik yang dimilikinya.
Leani Ratri Oktila adalah atlet badminton Indonesia yang berasal dari Dusun Karya Nyata, Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Riau. Sejak usia 7 tahun, Leani sudah menjadi atlet badminton dan bahkan pernah mewakili Riau dalam ajang olahraga nasional. Pada saat itu, Ratri masih belum termasuk ke dalam kategori atlet disabilitas.
Namun, pada tahun 2011 di usia 21 tahun, Ratri mengalami kecelakaan dan menyebabkan patah kaki dan tangan sebelah kiri. Meskipun begitu, Ratri terus mengejar impiannya menjadi atlet profesional dengan bergabung bersama Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPC) di tahun 2013.
Usaha keras Ratri terbayar dengan anugerah berupa gelar atlet parabadminton putri terbaik dari Badminton World Federation (BWF) selama dua tahun berurutan, yaitu tahun 2018 dan 2019. Selain itu, Ratri juga terus mencetak prestasi dengan memenangkan medali di berbagai ajang kejuaraan.
Pada paralimpiade Tokyo 2020 lalu, Leani Ratri Oktila berhasil meraih 3 medali, yaitu 1 medali perak dalam cabang badminton nomor tunggal putri nomor SL4, dan dua medali emas dalam ganda putri bersama Khalimatus Sadiyah, dan ganda campuran bersama Hary Susanto.
Putri Aulia adalah atlet lari yang berasal dari Sei Rotan, sebuah desa di Deli Serdang, Sumatera Utara. Putri Aulia memiliki masalah pada penglihatannya, yaitu jarak pandang yang terbatas atau low vision. Maksimal jarak pandang yang dimilikinya adalah 5 meter dan kondisi ini sudah dialaminya sejak masih kecil.
Meskipun begitu, Putri Aulia berhasil meraih banyak prestasi di tengah keterbatasan yang dimilikinya. Dalam hal akademik, Putri Aulia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Universitas Negeri Medan. Sementara dalam bidang olahraga, Putri Aulia juga berhasil mencetak banyak prestasi dalam cabang olahraga atletik.
Putri Aulia mulai menekuni dunia atletik sejak tahun 2016 saat bakatnya ditemukan oleh seorang pelatih. Setelah mulai memasuki dunia tersebut, Putri Aulia dengan cepat meraih karir yang gemilang dengan mengikuti Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 yang diadakan di Bandung. Dalam ajang tersebut, Putri Aulia berhasil mendapatkan 4 medali emas dari nomor lari 100 meter, lari 200 meter, lompat jauh, dan lari estafet 4x100 meter.
Pada tahun 2017, Putri Aulia menjadi perwakilan Indonesia dalam ajang internasional ASEAN Para Games yang diadakan di Malaysia. Pada ajang tersebut, Putri Aulia berhasil meraih medali emas di nomor lari 100 meter, lari 400 meter, dan lari 200 meter. Pada Aian Para Games 2018 yang digelar di Jakarta, Indonesia, Putri Aulia kembali mendapat medali emas untuk nomor lari 100 meter, dan medali perunggu untuk lari estafet 4x400 meter.
Ni Nengah Widiasih adalah atlet yang berasal dari Bali yang harus melakukan semua aktivitasnya di kursi roda karena mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya akibat polio di usia 4 tahun. Namun, kegigihannya membuat Widi mampu mencetak berbagai prestasi yang sangat luar biasa, yaitu dalam cabang olahraga powerlifting atau yang sering dikenal olahraga angkat beban.
Debut Widi dalam ajang internasional adalah pada sebuah Kejuaraan Dunia di Dubai. Sayangnya, saat itu Widi dan NPC mengalami keterbatasan dana, sehingga hampir gagal mendaftar. Beruntunglah, tiga pekan sebelum pendaftaran ditutup mereka berhasil mendapatkan sponsor dan Widi berhasil membuktikan kemampuannya dengan membawa pulang medali perunggu.
Setelah itu, nama Widi mulai dikenal terlebih setelah aktif mengikuti banyak ajang kejuaraan internasional dan berhasil membawa pulang medali. Seperti medali emas di ajang ASEAN Para Games 2015 di Singapura, dan ASEAN Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.
Selain itu, Widi juga berhasil meraih medali perak di ajang Asian Para Games 2014 di Korea Selatan, dan Asian Para Games 2018 di Indonesia. Pada Paralimpiade Tokyo 2020 lalu, Widi juga berhasil memberikan medali perak bagi Indonesia.
Jangan pernah menyerah pada kekurangan fisik yang kamu miliki, karena di balik kekurangan tersebut mungkin tersembunyi kelebihan yang bisa membuatmu unggul dibandingkan dengan orang dengan kondisi fisik yang normal sekali pun. Ketiga atlet di atas dan masih banyak atlet paralimpiade lainnya berhasil membuktikan hal tersebut. Jadi, apapun kondisimu kamu harus terus semangat ya, passionate people!
Sumber: