Tak hanya generasi milenial (kelahiran 1981–1996) yang mengalami kendala membeli rumah, tetapi juga gen Z (kelahiran 1997–2012). Apakah benar penyebabnya karena terlalu sering self-reward atau jajan kopi? Yuk, kita bahas kendala utamanya dan cara untuk mengatasinya di artikel ini.
Setiap tahunnya, harga rumah terus meningkat. Nah, peningkatan ini terjadi di semua jenis rumah, baik untuk tipe kecil, menengah, dan besar.
Tak heran, jika kenaikan ini memunculkan kekhawatiran bagi milenial ataupun gen Z akan risiko tak mampu membeli rumah dan menjadi homeless.
Kenaikan harga properti pun tidak setara dengan peningkatan pendapatan, khususnya bagi gen Z. Menurut dosen Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang, Novita Ratna Satiti, kenaikan gaji milenial lebih stabil dibandingkan dengan gen Z.
Pada masanya, generasi milenial memiliki akses yang lebih mudah terhadap kredit dan pinjaman untuk membeli rumah. Namun, gen Z perlu menghadapi persyaratan yang lebih ketat dan suku buku yang lebih tinggi saat ini.
Berdasarkan survei CNBC Indonesia (2021), sebanyak 48,7% masyarakat produktif (25–45 tahun) merupakan generasi sandwich. Generasi muda ini “terjepit” dan harus menanggung finansial orang tua dan keluarganya sendiri (suami/istri dan anak).
Akibatnya, generasi sandwich perlu bekerja lebih keras untuk mendapatkan penghasilan ekstra jika ingin membeli rumah.
Jangan berkecil hati dulu, ya. Gen Z tetap bisa kok memiliki rumah dengan melakukan langkah finansial yang tepat. Yuk, pelajari dulu tips mengelola keuangan untuk membeli rumah berikut ini:
Berdasarkan penghasilanmu saat ini dan potensi peningkatan penghasilan, tentukanlah budget yang realistis untuk dana membeli rumah. Kemudian, lakukanlah survei lokasi yang sesuai dengan budget-mu.
Ketika memilih lokasi rumah, upayakanlah untuk mencari opsi sebanyak mungkin. Jangan batasi pilihanmu hanya pada perumahan baru saja. Rumah bekas, rumah yang gagal kredit, atau cicilannya macet pun bisa kamu pertimbangkan.
Agar kamu lebih termotivasi, tentukanlah kapan target kamu harus tercapai. Sebagai contoh, kamu ingin uang muka (DP) terkumpul dalam tiga tahun lagi. Dari situ, kamu bisa menghitung berapa dana yang perlu kamu sisihkan per bulannya agar target tercapai.
Tentunya, kamu tidak ingin dipusingkan dengan banyak tagihan utang. Nah, sebelum mengumpulkan dana untuk rumah impian, lunasi dulu utang-utangmu terlebih dulu, ya.
Usahakan cicilan utang setiap bulannya tidak melebihi 30% pendapatan. Persentase ini bahkan dianjurkan untuk lebih kecil lagi jika kamu memiliki cicilan rumah.
Pastikan juga untuk membayar seluruh utangmu dengan tepat waktu agar skor kreditmu tinggi. Semakin tinggi skor kreditmu, semakin rendah bunga cicilan rumahmu.
Coba deh untuk menerapkan delayed gratification, yakni menunda kepuasan instan untuk sesuatu yang lebih besar nantinya. Salah satunya dengan mengurangi pola hidup konsumtif.
Jika kamu kesulitan untuk menabung, cobalah untuk mencari pekerjaan sampingan. Upayakanlah side job-mu ini tidak mengganggu pekerjaan utama. Sebagai contoh, kamu bisa mengerjakan side job-mu sepulang kerja ataupun di akhir pekan.
Agar dana untuk membeli rumah bisa berkembang, kamu bisa menginvestasikan uangmu dalam bentuk emas, deposito, ataupun reksa dana.
Walau perjalanan membeli rumah tidak mudah, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diraih gen Z dan milenial. Masa depan dengan rumah impian bisa kamu miliki dengan disiplin mengelola keuangan.
Untuk mendapatkan lebih banyak tips dalam mengelola finansial, kamu bisa mengunjungi Passion Story di aplikasi FWD MAX, ya, passionate people. Aplikasi FWD MAX bisa kamu download di Google Play Store ataupun App Store.
Gunakan aplikasinya untuk mendapatkan poin FWD MAX. Lalu, tukarkan poinmu di berbagai merchant yang tersedia. Dari kebutuhan sehari-hari hingga kemudahan berasuransi, semua bisa kamu temukan di aplikasi FWD MAX.
Sumber: