Passion story

Mengulas Fakta tentang Pola Makan Food Combining

25 Agustus 2021
Oleh FWD Insurance

Diet food combining merupakan praktik pengaturan pola makan yang mengombinasikan ataupun memisahkan dua kelompok makanan untuk dikonsumsi. Dilansir dari laman Healthline, prinsip ini mula-mula ada dalam pengobatan Ayuverda di India kuno. Adapun tujuan diet food combining, menurut pencetusnya, ialah mencegah terjadinya penyakit, penumpukan racun, dan gangguan pencernaan dalam tubuh. Akan tetapi, bukti medis menunjukkan hal yang sebaliknya.

Mengutip Alodokter, pola makan food combining membagi makanan dalam 3 kelompok, yakni lemak (lemak, gula, dan pati), karbohidrat (biji-bijian, buah, sayur, dan kacang-kacangan), serta protein (daging, ayam, produk olahan susu, ikan, dan gandum). Kombinasi makanan dari ketiga kelompok tersebut tidak boleh mencampurkan lemak, karbohidrat, dan protein dalam sekali makan. Selain itu, kombinasi makanan juga harus memperhatikan nilai pH atau tingkat keasaman sebuah makanan.

Hanya saja, sejumlah penelitian medis tentang diet yang memperhitungkan pemisahan kelompok makanan, perubahan pH dalam sistem pencernaan, serta makanan yang terfermentasi di lambung ini justru tidak menawarkan manfaat apa pun. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Pemisahan kelompok makanan

Seperti yang telah disinggung di atas, diet food combining harus memisahkan dua atau lebih kelompok makanan di atas. Pertimbangan aturan tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh tidak dibekali dengan kemampuan untuk mencerna kombinasi kelompok makanan tersebut dalam sekali waktu. Padahal, organ pencernaan akan selalu mengimbangi asupan nutrisi yang dimakan oleh manusia.

Contoh sederhananya adalah sayur dan biji-bijian yang dianggap sebagai makanan karbohidrat dalam diet food combining. Nyatanya, sayur dan biji-bijian juga memiliki kandungan protein meski relatif sedikit. Begitu pula dengan daging yang dihitung sebagai makanan protein, sementara realitanya daging mengandung lemak. Hal ini berarti sistem pencernaan tidak punya masalah apa-apa soal penyerapan lemak, karbohidrat, atau protein sekalipun. Oleh sebab itu, ketetapan ini tidak punya faedah apa-apa.

Perubahan pH dalam sistem pencernaan

Teori kedua soal diet ini berangkat dari keyakinan bahwa kombinasi kelompok makanan yang salah dapat mengubah kadar pH atau asam-basa dalam sistem pencernaan manusia. Kenyataannya, saluran pencernaan manusia sudah punya sensor sendiri untuk mengatur tingkat asam maupun basa di lambung dan usus.

Pada dasarnya, pH dalam perut manusia itu sangat asam, yaitu di kisaran 1-2,5. Ketika seseorang mengisi perutnya dengan makanan, sistem pencernaan akan otomatis melepaskan asam lambung untuk bantu mencerna makanan tersebut. Setelah itu, lambung akan melepaskan lebih banyak asam lambung lagi demi mengembalikan kadar pH ke level yang rendah. Tujuannya supaya proses pencernaan serta kinerja enzim lambung dapat bekerja secara maksimal.

Jadi, dapat disimpulkan kalau sistem pencernaan akan menambah atau mengurangi produksi asam lambung berdasarkan tingkat keasaman maupun kebasaan makanan yang dikonsumsi seseorang.

Makanan terfermentasi di lambung

Menghindari makanan terfermentasi atau membusuk dalam perut adalah manfaat terakhir diet food combining yang diklaim oleh pengusungnya. Anggapan ini berawal dari logika bahwa makanan cepat cerna (fast-digesting food) akan berada di lambung dalam jangka waktu yang lama sampai mungkin berfermentasi atau membusuk sendiri.

Sejatinya, fermentasi dan pembusukan dalam lambung terjadi ketika mikroorganisme mulai mencerna makanan (Healthline). Akan tetapi, seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, lambung manusia bisa memproduksi asam sendiri. Sehingga, makanan yang membusuk itu sebetulnya sedang disterilkan dan tidak menyisakan bakteri apa-apa.

Meski begitu, fermentasi di usus besar memang ‘ditemani’ oleh triliunan bakteri yang mengurai karbohidrat tidak tecerna di usus kecil. Bakteri-bakteri ini nantinya akan melepaskan gas dan asam lemak rantai pendek yang bermanfaat sebagai produk limbah. Artinya, fermentasi di sistem pencernaan sebetulnya merupakan hal yang baik. Bahkan, asam lemak ciptaan bakteri tersebut disebut-sebut dapat mengurangi peradangan, meningkatkan kontrol gula darah, dan menurunkan risiko kanker usus besar.

Demikianlah ulasan seputar fakta-fakta tentang diet food combining yang sejatinya tidak dilandasi oleh ilmu pengetahuan yang valid. Jika Anda ingin menerapkan pola makanan tertentu, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan ahli gizi terlebih dahulu.

 

Sumber: