Travel

Tempat Wisata dan Cerita Rakyat di Baliknya

27 Agustus 2024
Oleh FWD Insurance

Passionate people, aktivitas apa yang paling suka kamu lakukan saat sedang libur panjang? Mungkin banyak dari kamu yang suka pergi berwisata. Apalagi, Indonesia punya banyak sekali tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, baik wisata sejarah maupun wisata alam.

Namun, tahukah kamu bahwa banyak juga tempat wisata di Indonesia yang memiliki cerita rakyat di baliknya? Beberapa di antaranya bahkan sudah sangat terkenal. Nah, biar kamu gak penasaran lagi, yuk, langsung saja kita bahas!

Sangkuriang dan Dayang Sumbi

Dayang Sumbi adalah putri raja yang mengasingkan diri bersama seekor anjing bernama Tumang. Suatu hari saat sedang menenun, alat tenunnya jatuh dan Dayang Sumbi berjanji siapapun yang mengambil, jika laki-laki akan dinikahi. Ternyata Tumang yang mengambil alat tersebut dan terpaksa Dayang Sumbi menikahinya.

Mereka dikaruniai seorang putra bernama Sangkurian yang senang berburu. Suatu hari, karena marah saat Tumang tidak menuruti perintahnya, Sangkuriang membunuh Tumang dan menyerahkan hatinya untuk dimasak Dayang Sumbi. Setelah mengetahuinya, Dayang Sumbi memukul Sangkuriang dan mengusirnya.

Dayang Sumbi menyesal dan memohon pada dewa, sehingga dewa mengaruniakannya kecantikan abadi. Beberapa tahun kemudian keduanya bertemu dan saling jatuh cinta. Beberapa waktu sebelum hari pernikahan, Dayang Sumbi mengetahui bahwa calon suaminya adalah putranya, Sangkuriang, dan berniat membatalkannya.

Sayangnya, Sangkuriang menolak dan Dayang Sumbi minta dibuatkan danau dengan membendung sungai dan sebuah perahu besar dalam waktu satu malam. Sangkuriang menyanggupi dan hampir berhasil membuatnya. Dayang Sumbi kemudian membangunkan ayam agar berkokok menandakan fajar tiba, meskipun masih malam.

Sangkuriang marah dan menghancurkan bendungan serta menendang perahu yang telah jadi hingga terhempas dan jatuh tertelungkup. Cerita rakyat dari Jawa Barat ini diyakini sebagai awal mula terbentuknya Tangkuban Parahu atau Perahu.

Lutung Kasarung

Cerita rakyat Lutung Kasarung mengisahkan tentang anak tertua Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran, Banyak Cakra,  yang menolak tahta dari ayahnya karena belum siap dan belum menikah. Banyak Cakra kemudian pergi dari kerajaan dan merantau untuk mencari wanita yang ingin dinikahinya.

Dalam perantauannya, Banyak Cakra bertemu dengan Ki Ajar Wirangrong di Gunung Tangkuban Perahu dan disuruh ke Kadipaten Pasir Luhur dengan menyamar menjadi Raden Kamandaka. Di sana ia bertemu dengan Patih Reksonoto yang kemudian mengangkatnya sebagai anak.

Kadipaten Pasir Luhur saat berada di bawah kepemimpinan Adipati Kanandoho yang memiliki banyak putri sudah menikah, kecuali sang bungsu, Dewi Ciptoroso. Raden Kamandaka jatuh cinta padanya dan diam-diam berusaha menemuinya, sehingga dikejar oleh pasukan Pasir Luhur.

Adik Raden Kamandaka dari Kerajaan Pajajaran kemudian menawarkan diri untuk menangkan Raden Kamandaka tanpa mengetahui bahwa itu adalah kakaknya. Dalam pengejaran, Raden Kamandaka terluka dan bersembunyi di dalam gua. Saat itulah, Raden Kamandakan membuka identitas aslinya, sehingga adiknya berhenti memburunya.

Di gua ini Raden Kamandaka bertapa dan memohon petunjuk agar bisa menikahi Dewi Ciptoroso. Raden Kamandakan kemudian diminta menjadi seekor lutung yang kemudian diserahkan pada Dewi Ciptoroso. Setelah menghabiskan waktu bersama sebagai lutung, akhirnya Raden Kamandaka menghentikan penyamarannya agar bisa menikah dengan wanita idamannya.

Cerita rakyat dari Jawa Tengah ini merupakan latar belakang kisah dari tempat wisata Gua Jatijajar, yaitu gua yang dijadikan tempat persembunyian Raden Kamandaka saat terluka dan bertapa. Di dalam gua ini, kamu juga bisa melihat berbagai ornamen, seperti patung, yang menggambarkan kejadian dalam cerita rakyat tersebut.

Puteri Ikan dan Toba

Bercerita tentang seorang pemuda yatim piatu bernama Toba yang sedang memancing. Tanpa sengaja, ia memancing seekor ikan yang kemudian menjelma menjadi wanita cantik, bernama Putri. Toba pun jatuh cinta dan meminta Putri untuk menikahinya. Putri setuju dengan satu syarat, Toba harus merahasiakan identitas aslinya dari siapa pun.

Mereka pun menikah dan dikaruniai seorang putra bernama Samosir. Sayangnya, Samosir adalah anak yang pemalas dan sedikit rakus. Suatu hari, ibunya meminta Samosir mengantar makanan untuk ayahnya. Di tengah jalan, Samosir kelaparan dan memakan bekal tersebut dengan menyisakan sedikit untuk ayahnya. Toba yang sudah lapar sangat marah mengetahui bekalnya di makan oleh Samosir. Toba pun berkata dengan marah “Dasar kau, anak keturunan ikan”.

Samosir menangis dan bercerita pada ibunya. Ibunya hanya memeluknya dengan sedih dan keduanya pun menghilang. Dari tempat mereka berpijak, keluarlah air yang sangat deras hingga menenggelamkan semuanya. Permukaan air terus bertambah dan terbentuklah Danau Toba, sementara pulau yang berada di tengahnya adalah Pulau Samosir.

Baru Klinting

Cerita rakyat Baru Klinting sedikit berbeda dibanding cerita rakyat lainnya, karena ada beberapa versi dan inilah salah satunya. Cerita diawali dari sepasang suami istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta. Demi bisa memiliki anak, Ki Hajar kemudian bertapa ke Gunung Telomoyo dalam waktu lama. Tiba-tiba, impian mereka terwujud dan Nyai Selakanta hamil. Namun, ketika lahir ternyata anaknya adalah seekor naga bernama Baru Klinting. Meskipun begitu, Nyai Selakanta tetap menyayanginya.

Suatu hari, Nyai Selakanta menyuruh Baru Klinting menemui ayahnya dengan membawa tombak sebagai bukti bahwa ia adalah anaknya. Ki Hajar awalnya tidak percaya, tetapi setelah Baru Klinting menuruti perintahnya, Ki Hajar percaya bahwa naga tersebut adalah anaknya. Ki Hajar meminta Baru Klinting bertapa ke Bukit Tugur agar bisa berwujud manusia. Baru Klinting pun pergi menurutinya.

Bukit Tugur berlokasi dekat Desa Pathok di mana banyak warganya yang sombong dan senang berpesta. Suatu hari, warga desa menemukan naga, yaitu Baru Klinting yang sedang bertapa, dan memotong dagingnya untuk dijadikan makanan saat pesta. Ketika pesta berlangsung, datang seorang pemuda dengan tubuh penuh luka. Warga desa mengusirnya tanpa tahu bahwa pemuda tersebut adalah Baru Klinting yang menjelma jadi manusia.

Hanya ada satu warga yang berbaik hati, yaitu Nyi Lantung. Baru Klinting kemudian menancapkan sebuah lidi ke tanah dan menantang warga desa mencabutnya. Namun, Baru Klinting juga meminta Nyi Lantung menyiapkan lesung. Tidak ada warga desa yang berhasil mencabutnya, hanya Baru Klinting yang berhasil kemudian air terus mengalir menenggelamkan desa tersebut. Hanya Nyi Lantung yang selamat berkat lesung yang dijadikan perahu.

Cerita rakyat ini memiliki berbagai versi pada awalnya, tetapi akhir cerita yang sama, yaitu air menyembur dari lidi yang dicabut. Inilah cerita rakyat di balik tempat wisata Rawa Pening dan banyak masyarakat percaya bahwa hingga saat ini, Baru Klinting masih menjaga danau tersebut.

Selain 4 tempat wisata di atas, sebenarnya masih banyak tempat wisata di Indonesia yang memiliki cerita rakyat di baliknya. Hal ini yang membuat berbagai tempat wisata tersebut menjadi semakin istimewa. Benar tidak, passionate people?

Nah, jika kamu suka bertualang mengunjungi berbagai tempat wisata dengan cerita rakyat ini, jangan lupa melindungi diri dengan asuransi Bebas Aksi Flash dari FWD Insurance ya. Asuransi kecelakaan diri ini akan melindungimu dari risiko yang terjadi saat kamu beraktivitas, jadi kamu bisa lebih aman dan nyaman saat menikmati perjalanan wisatamu.

Sumber:

Tertarik dengan produk Bebas Aksi Flash?