Passionate People, sudah tahu, belum, kalau tanggal 9 September adalah Hari Olahraga Nasional? Yup, tahun ini adalah tahun ke-39 negara kita resmi punya national sports day. Kalau belum tahu tentang perayaan hari ini, yuk simak sejarah di balik penetapan Hari Olahraga Nasional (Haornas) dan perkembangan olahraga nasional setelah adanya peringatan Haornas ini!
Peresmian tanggal 9 September sebagai Haornas memang baru terjadi ketika pemimpin kedua Indonesia, Presiden Soeharto, mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 67 tahun 1985 (Keppres No. 67 tahun 1985). Akan tetapi, cikal bakal hari olahraga sebetulnya sudah ada sejak awal Indonesia merdeka, loh, Passionate People.
Pada tahun 1945, presiden pertama kita, Presiden Soekarno, mengutarakan gagasan bahwa Indonesia perlu memiliki perayaan kebugaran fisik yang juga bisa menjadi ajang untuk mempromosikan persatuan di kalangan masyarakat Indonesia yang beragam. Beberapa bulan setelahnya, atau pada Januari 1946, gagasan tersebut mulai terlihat wujudnya melalui pembentukan badan olahraga nasional bernama Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang diketuai oleh Widodo Sastrodiningrat.
Tiga tahun berselang ketika Olimpiade diselenggarakan di Inggris, Indonesia tidak diperkenankan ikut serta karena 3 alasan utama: belum terdaftar sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN), PORI belum terdaftar sebagai anggota resmi Komite Olimpiade Internasional (IOC), dan Inggris tidak menerima paspor Indonesia. Peristiwa ini membuat Widodo Sastrodiningrat mengadakan konferensi darurat PORI agar Indonesia tidak ditolak kembali di ajang Olimpiade berikutnya.
Dalam konferensi tersebut, tercetuslah ide untuk membuat Pekan Olahraga Nasional (PON). Ide pesta olahraga ini juga sebetulnya bukan sesuatu yang baru, mengingat Ikatan Sport Indonesia (ISI) pernah menyelenggarakan ISI Sportweek (Pekan Olahraga ISI) pada tahun 1938.
Setelah itu, PON pertama Indonesia pun ‘lahir’ di Kota Surakarta (Solo) pada 9–12 September 1948. Hari pembuka PON I inilah yang menjadi dasar penentuan tanggal Haornas dalam Keppres No. 67 tahun 1985 dan perayaannya hingga kini.
Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama berlangsung selama 4 hari. Dalam kurun waktu tersebut, terdapat sekitar 600 atlet dari 13 kota/kabupaten dan karesidenan di Indonesia yang bertanding untuk memperebutkan 108 medali dari 9 cabang olahraga.
Mereka semua berasal dari Karesidenan Surakarta, Yogyakarta, Kediri, Madiun, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kedu, Surabaya, Kabupaten Magelang, Banyuwangi, dan Kota Bandung. Adapun 9 cabang olahraga yang mereka ikuti adalah sepakbola, atletik, renang, bulu tangkis, basket, bola keranjang, tenis, panahan, dan pencak silat. Sementara itu, juara umum pada PON I adalah Karesidenan Surakarta.
Melansir dari laman detik.com, PON pertama Indonesia mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Setiap harinya, kurang lebih ada 40.000 penonton yang menyaksikan pertandingan yang diselenggarakan di Stadion Sriwedari itu. Selain masyarakat Surakarta dan sekitarnya, kemeriahan PON juga tampak dari kehadiran Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, segenap menteri, Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Panglima Besar Soedirman, hingga sebagian anggota Komisi Tiga Negara (KTN) yang berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.
Semangat kebugaran sekaligus persatuan yang pernah dimimpikan Presiden Soekarno ternyata membuahkan hasil. Pasca PON yang pertama, atlet dan masyarakat Indonesia semakin banyak yang mencintai dan melanggengkan olahraga. Pemerintah Indonesia juga tidak tinggal diam, terlebih setelah terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games 1962 menjelang pagelaran Asian Games 1958 di Tokyo, 4 tahun sebelumnya.
Guna melancarkan pesta olahraga se-Asia tersebut, pemerintah Indonesia kemudian membuat infrastruktur olahraga terbesar di Indonesia, yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno (terdiri dari Stadion Utama Gelora Bung Karno, stadion renang, stadion tenis, hingga stadion madya) yang dibangun hanya dalam kurun waktu satu tahun.
Kala itu, Indonesia berhasil membawa pulang 11 medali emas, 12 medali perak, dan 28 medali perunggu dari berbagai cabang olahraga. Dengan total perolehan tersebut, Indonesia menduduki peringkat dua klasmen akhir (runner up) Asian Games 1962, hanya satu posisi di bawah Jepang yang menjadi juara umum.
Satu tahun berselang, tepatnya pada 10–22 November 1963, Indonesia menyelenggarakan kembali pesta olahraga internasional khusus untuk negara-negara bekas jajahan atau negara-negara yang menolak praktik imperialisme dan neokolonialisme. Ide yang datang dari Presiden Soekarno ini tercetus sebagai upaya memboikot IOC yang menangguhkan Indonesia sebagai anggotanya.
Dengan tajuk Games of New Emerging Forces (GANEFO), kompetisi ini berhasil mengajak 51 negara berkembang dan melibatkan lebih dari 2.700 atlet. Hasilnya, Indonesia menduduki peringkat empat klasemen akhir dengan total perolehan 81 medali: 21 emas, 25 perak, dan 35 perunggu.
Lima puluh enam tahun setelah menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Indonesia kembali terpilih menjadi penyelenggara Asian Games yang ke-18. Pada perayaan olahraga internasional tersebut, 11.720 atlet dari 45 negara memperebutkan 1.551 medali dari 40 cabang olahraga. Hasilnya, Indonesia kembali menduduki peringkat empat klasemen akhir dengan total perolehan 98 medali: 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Pada pagelaran olahraga internasional terbesar yang terakhir, yaitu Olimpiade Paris 2024, Indonesia menduduki posisi ke-39 dari total 91 negara yang terlibat. Perolehan klasemen ini berhasil negara kita dapatkan setelah Veddriq Leonardo dari cabang olahraga panjat tebing dan Rizki Juniansyah dari cabang olahraga angkat besi membawa pulang emas serta Gregoria Mariska Tunjung dari cabang olahraga bulu tangkis membawa pulang perunggu.
Bertepatan dengan Haornas ke-39 tahun ini, Indonesia akan kembali menyelenggarakan PON 2024 di Aceh dan Sumatra Utara. Mulai dari 9 hingga 20 September, PON ke-21 kali ini akan mempertandingkan 46 cabang olahraga. Jangan lupa saksikan pertandingan-pertandingan seru selama PON 2024 ini di stasiun televisi kesayangan kamu, ya, Passionate People!
Sumber :