Hidup tanpa utang, rasanya pasti menyenangkan. Artinya, semua uang yang saat ini passionate people miliki benar-benar sepenuhnya milikmu. Jadi, kamu bisa dengan bebas ingin memanfaatkannya untuk berbelanja, wisata, atau menambah tabunganmu.
Ketika berbicara tentang utang, biasanya akan mengarah pada penghasilan sebagai salah satu penyebabnya. Misalnya bagi masyarakat dengan penghasilan rendah, terkadang terpaksa utang atau mengajukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhannya, baik untuk kebutuhan harian, biaya sekolah, maupun kebutuhan primer lainnya.
Namun, tahukah kamu bahwa ternyata gak cuma masyarakat dengan penghasilan kurang saja yang bisa terlilit utang. Justru, banyak dari orang yang memiliki penghasilan tinggi pada akhirnya terlilit utang dalam jumlah yang besar. Kenapa bisa begitu ya? Yuk, cari tahu jawabannya!
Pada seseorang dengan penghasilan tinggi, sangat jarang sekali mengajukan utang untuk kebutuhan primer. Misalnya seperti untuk membeli pangan, seperti beras, telur, minyak, dan sebagainya. Pada umumnya, utang digunakan untuk memenuhi gaya hidup, seperti:
Shopaholic atau shopping adiction adalah istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang kecanduan belanja. Bukan hanya suka, tetapi tahapannya sudah menjadi kecanduan. Seorang shopaholic merasa puas dan bahagia ketika berbelanja, meskipun membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
Tidak hanya itu, aktivitas belanja juga digunakan sebagai cara untuk melepaskan diri dari stres, tertekan, dan rasa cemas akibat suatu hal. Ada berbagai penyebab mengapa seseorang bisa menjadi shopaholic, salah satunya adalah karena pengaruh lingkungan sekitar. Misalnya, ada banyak kampanye yang menyerukan bahwa aktivitas belanja dapat meningkatkan perekonomian. Hal itu memang tidak salah, tetapi jika belanja dilakukan secara berlebihan, tentunya akan berdampak kurang baik.
Sayangnya, untuk mengatasi masalah ini tidak mudah, apalagi jika tingkat kecanduannya sudah cukup tinggi. Dibutuhkan bantuan seorang ahli atau psikiater untuk membantu melepaskan diri dari kecanduan ini, agar orang yang mengalaminya tidak merasa cemas atau stres saat tidak berbelanja.
Fear of Missing Out (FOMO), kamu pasti sering mendengarnya, kan? Misalnya ada sebuah event dengan banyak pengunjung, kenyataannya tidak semua orang benar-benar penggemar event tersebut, melainkan hanya FOMO. Namun, apa sih FOMO itu?
Sesuai dengan kepanjangannya, FOMO adalah rasa takut akan tertinggal sesuatu, biasanya berkaitan dengan tren. Entah itu konser, event, film, drama, buku, produk tertentu, maupun berbagai aktivitas lainnya. Orang yang FOMO akan merasa sangat tertinggal ketika ada orang lain yang bersenang-senang atau merasakan sebuah pengalaman baru yang menyenangkan tanpa melibatkannya.
Namun, kenyataannya banyak dari hal yang tren membutuhkan dana tidak sedikit. Contohnya saja seperti konser, maupun produk tertentu yang sedang banyak diminati sehingga harganya meningkat tajam. Meskipun penghasilan yang dimiliki cukup tinggi, tetapi jika ingin mengikuti semua hal yang sedang tren saat ini, tentu saja pada akhirnya bisa mengacaukan keuangan.
Sayangnya, sama halnya dengan shopaholic, FOMO dalam tingkat yang parah membutuhkan bantuan ahli untuk mengatasinya. Jika kamu atau ada kenalanmu yang merasa cemas berlebihan ketika ketinggalan suatu tren, ada baiknya segera melakukan konsultasi agar masalah ini segera dapat teratasi.
Baca Juga: FOMO Pangkal Boros! Lawan dengan Cara Ini!
Flexing menjadi istilah yang banyak digunakan saat ini karena semakin banyaknya orang yang dengan bangganya memamerkan kekayaan miliknya di sosial media. Ya, flexing memang adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pamer kemewahan, prestasi, dan kebahagiaan di sosial media.
Ada banyak alasan mengapa seseorang melakukan flexing, tetapi pada umumnya mereka mengharapkan adanya pujian dan pengakuan dari orang lain terhadap dirinya. Bagi orang yang flexing, hal yang dipamerkannya tersebut membuatnya terlihat lebih baik dan lebih hebat dibandingkan dengan orang lain.
Flexing yang berkaitan dengan kekayaan inilah yang menjadi salah satu sumber utama tingginya utang. Alasannya, semakin tinggi penghasilan seseorang maka secara otomatis daya belinya juga meningkat. Artinya, hal yang akan membuatnya bangga untuk dipamerkan juga akan terus meningkat.
Biasanya barang yang dipamerkan adalah barang yang tidak mudah dimiliki oleh orang lain. Bisa karena harganya yang terlalu mahal maupun karena ketersediaannya yang memang terbatas. Flexing juga bisa dikatakan sebagai hal yang umumnya terjadi karena masalah psikologi, sehingga untuk mengatasinya sebaiknya di bawah pengawasan psikiater.
Baca Juga: Gen Z Rentan Terlilit Utang, Kenapa Ya?
Limit utang sejalan lurus dengan penghasilan, inilah aturan dasar dari lembaga pembiayaan baik bank maupun non-bank. Artinya, semakin tinggi penghasilanmu akan semakin tinggi juga limit utang yang akan diberikan.
Tingginya limit utang ini bisa dari limit paylater maupun limit satu kartu kredit yang kamu miliki. Atau, bisa jadi juga tingginya penghasilan membuatmu tergoda untuk membuat beberapa kartu kredit sekaligus, sehingga limit total seluruh kartu kredit yang kamu miliki akhirnya akan tinggi.
Kondisi ini mungkin akan membuatmu tergoda untuk menggunakan kredit untuk berbagai kebutuhan. Apalagi, banyak lembaga pembiayaan yang akan menawarkan promo maupun benefit lain seperti cashback atau rewards yang akan semakin menggodamu untuk menggunakan fasilitas kredit ini.
Jika kamu tidak menyeimbangkannya dengan kesadaran diri dalam penggunaannya, maka utangmu bisa terus meningkat tanpa kamu sadari. Kamu baru menyadarinya saat tagihan kredit datang dan kamu harus membayarnya sebelum tanggal jatuh tempo.
Lalu, apa yang terjadi saat utang sudah terlalu banyak hingga penghasilanmu tidak bisa menutupi tagihan tersebut? Mungkin kamu akan tergoda untuk mengajukan pinjaman atau utang kembali untuk melunasi tagihan yang ada saat ini. Memang terlihat seperti menyelesaikan masalah, padahal kenyataannya ini menimbulkan masalah baru karena kamu membayar utang dengan utang baru.
Agar semua masalah ini tidak terjadi, kuncinya adalah kemampuan untuk menahan diri dan mengelola keuangan yang kamu miliki. Daripada penghasilanmu yang tinggi habis begitu saja, ada baiknya jika kamu gunakan untuk mempersiapkan masa depan dengan FWD Tomorrow Protection dari FWD Insurance Indonesia.
FWD Tomorrow Protection merupakan asuransi jiwa berjangka yang memberikan perlindungan terhadap risiko meninggal dunia, kecelakaan, penyakit kritis, dan cacat tetap total. Tidak hanya itu, ada juga pengembalian premi jika tidak terjadi risiko, sehingga kamu bisa menjadikan produk perlindungan ini sebagai tabungan persiapan di masa depan.
Sumber: