Passionate people yang suka mencari informasi seputar kesehatan dan penyakit, pasti sudah tahu bahwa tidak semua yang informasi yang ada adalah benar? Banyak sekali informasi seputar kesehatan yang ternyata cuma mitos. Salah satu penyakit kulit yang punya cukup banyak mitos adalah kusta. Apa saja sih mitosnya dan bagaimana ya faktanya? Yuk, cari tahu lebih lanjut di sini!
Kusta dianggap sebagai penyakit kutukan, yaitu penyakit yang muncul akibat sedang diguna-guna oleh seseorang. Padahal kusta adalah penyakit yang muncul akibat adanya bakteri yang masuk ke tubuh dan menimbulkan infeksi. Bakteri tersebut adalah Mycobacterium leprae.
Banyak yang takut dekat dengan penderita kusta karena khawatir tertular. Namun, ternyata kusta memiliki tingkat penularan yang rendah. Pada orang dewasa, 95% dari mereka tidak akan tertular kusta karena tubuhnya telah membentuk sistem imunitas yang dapat melawan bakteri penyebab kusta.
“Ibunya punya kusta, pasti anaknya juga”, banyak yang beranggapan seperti ini. Namun, ternyata kusta bukan termasuk penyakit keturunan, di mana jika orangtuanya sakit maka anaknya kemungkinan bisa sakit juga. Hanya saja, jika anak terkena kontak dalam waktu lama dengan penderita kusta dan terpapar cairan dari sistem pernapasan penderita kusta, maka risiko anak terkena kusta akan meningkat.
Siapa bilang kusta tidak dapat sembuh sama sekali? Faktanya, penyakit ini bisa disembuhkan secara total dengan penanganan yang cepat dan tepat. Namun, proses pengobatan ini harus benar-benar mengikuti arahan dari dokter yang menangani. Pengobatan yang dilakukan adalah dengan Multidrug Therapy (MDT) yang dilakukan selama 6 hingga 24 bulan.
Kusta yang tidak ditangani dengan benar bisa menimbulkan berbagai komplikasi yang lebih serius. Tidak hanya cacat secara fisik saja, tetapi juga bisa menimbulkan penurunan fungsi indera penglihatan hingga kerusakan saraf.
Mitos ini memang terdengar berlebihan, tetapi kenyataannya banyak yang percaya, lho. Faktanya jari memang bisa menjadi mati rasa dan infeksi kemudian memendek sebagai dampak kerusakan permanen yang terjadi akibat penyakit kusta yang tidak diobati secara tepat. Namun, bukan berarti jari tangan atau kaki jadi putus, ya.
Kusta memang tergolong penyakit menular, tetapi bukan berarti penderitanya harus diisolasi terus selama pengobatan. Apalagi pengobatan untuk penyakit ini cukup panjang, hingga mencapai 24 bulan. Pasien kusta yang sedang menjalani pengobatan antibiotik aman untuk beraktivitas seperti biasa, selama pengobatan dilakukan sesuai dengan anjuran dokter.
Baca Juga: Jangan Salah, Kenali Perbedaan Campak dan Cacar Air
Beberapa mitos hanyalah contoh informasi kurang tepat yang dipercayai banyak masyarakat saat ini. Namun, sebenarnya apa sih kusta itu? Dan apa sajakah gejalanya? Berikut ini adalah pembahasannya!
Kusta adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan menyerang 3 area, yaitu jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, tingkat penderita kusta pada semester pertama 2023 lalu adalah 13 ribu orang, Jumlah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, menurut data WHO pada tahun 2020, jumlah kasus kusta di Indonesia masuk ke dalam peringkat tiga terbesar di dunia.
Untuk menurunkan angka penderita kusta memang tidak mudah. Apalagi, ternyata munculnya gejala setelah terpapar oleh virus ini juga bisa cukup lama, bahkan bisa mencapai 20 tahun setelahnya. Namun, memahami lebih dalam mengenai penyakit ini dan juga gejalanya bisa membantu untuk mengurangi angka tersebut. Berikut adalah beberapa gejala kusta yang perlu diwaspadai:
Sayangnya belum ada vaksin khusus untuk mencegah penyakit ini. NAmun, pencegahan penyakit kusta bisa dilakukan dengan penguatan imunitas tubuh. Sementara itu, bagi penderita kusta juga diharapkan membantu mencegah penularannya dengan melakukan pengobatan secara teratur sesuai anjuran dokter. Selama proses pengobatan dilakukan dengan tepat, maka penyebarannya dapat dikendalikan dan penderita kusta juga boleh beraktivitas secara normal di antara orang yang sehat.
Baca Juga: Penyakit yang Sering Menyerang saat Traveling
Kamu juga bisa mencegah kusta dengan rutin melakukan diagnosis dini, terutama ketika mulai merasakan adanya salah satu dari gejala di atas. Dengan begitu, kamu bisa mencegah kemungkinan terjadinya kecacatan akibat komplikasi kusta. Terutama jika kamu baru pergi ke area dengan tingkat kusta yang cukup tinggi (daerah endemik kusta).
Sebelum dilakukan pengobatan, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk mendiagnosis kusta yang dialami. Dari mulai tanya jawab seputar gejala, pemeriksaan fisik, tes kerokan kulit, yaitu mengambil sampel kulit yang dikerok untuk diperiksa di laboratorium, tes darah, tes organ hati, serta biopsi saraf.
Metode pengobatan yang dilakukan oleh dokter biasanya adalah menggunakan kombinasi antibiotik yang harus dikonsumsi selama 1 hingga 2 tahun. Namun, jenis, dosis, dan durasinya akan berbeda pada setiap pasien. Setelah itu, barulah dilakukan tindakan operasi jika diperlukan, untuk memperbaiki jaringan saraf yang rusak dan mengembalikan fungsi tubuh.
Kusta memang penyakit menular dengan komplikasi yang cukup berbahaya. Namun, jangan sampai hal ini membuatmu jadi mengucilkan penderita kusta. Seperti yang telah disebutkan di atas, tingkat penularannya pada orang dewasa relatif rendah dan selama penderitanya menjalani pengobatan sesuai anjuran, maka aman baginya untuk beraktivitas. Jadi, tetap dukung proses penyembuhan pasien kusta dengan memberikannya semangat agar mereka bisa terbebas dari penyakit ini sepenuhnya.
Sumber: