Passionate people, pernah nggak ngalamin batuk yang sudah lebih dari 5 hari, tetapi masih belum sembuh juga? Bahkan, mungkin batuk ini terjadi selama lebih dari satu minggu. Biasanya kalau sudah begini, banyak yang bilang bahwa kamu terkena batuk 100 hari.
Namun, apa sih batuk 100 hari itu? Apa iya setelah 100 hari batuk baru benar-benar bisa sembuh? Nah, biar nggak bingung, yuk, langsung saja kita bahas!
Batuk 100 hari dalam istilah medis adalah batuk rejan, yaitu batuk yang disebabkan adanya infeksi bakteri bordetella pertussis yang menyerang saluran pernapasan dan organ paru-paru. Bakteria ini akan menempel pada silia pernapasan, yaitu proyeksi kecil yang bentuknya menyerupai rambut dan melapisi bagian paru-paru dan saluran pernapasan. Bakteri ini kemudian akan melepaskan sejenis racun yang akan merusak silia dan menyebabkan pembengkakkan pada saluran pernapasan.
Baca Juga: Demam Tinggi Pada Anak yang Patut Diwaspadai
Penyakit ini dapat menular dengan cepat ketika ada orang lain yang terpapar percikan air liur atau droplets dari penderitanya. Misalnya saat batuk, bersin, atau bahkan saat berbicara. Namun, droplets ini biasanya tidak menyebar terlalu jauh dan hanya menginfeksi orang yang berada dekat dengan penderita batuk rejan.
Batuk rejan umumnya dialami oleh bayi dengan usia kurang dari satu tahun, meskipun tetap bisa menyerang siapa pun dalam berbagai rentang usia. Selain itu, orang dengan imunitas yang rendah atau memiliki riwayat masalah kesehatan berkaitan dengan pernapasan juga rentan terinfeksi oleh bakteri ini.
Orang yang terinfeksi bakteri ini umumnya tidak langsung menunjukkan gejala apa pun. Gejala batuk rejan baru mulai muncul saat sekitar 5 sampai 10 hari setelah terpapar bakteri. Bahkan, ada yang tidak menunjukkan gejala hingga sekitar 3 minggu. Namun, gejala awal yang muncul pada batuk rejan umumnya menyerupai batuk dan flu biasa, yaitu:
Batuk rejan yang dialami oleh bayi bisa memiliki gejala yang lebih serius, yaitu sesak napas atau sleep apnea. Namun, terkadang gejalanya juga bisa hanya menyerupai batuk biasa.
Setelah 1 hingga 2 minggu gejala awal muncul, maka gejala yang dirasakan akan semakin berat. Bahkan, gejala ini bisa muncul secara mendadak. Salah satu gejala utamanya adalah batuk-batuk parah yang sulit dikendalikan.
Selain itu, muncul gejala lainnya yaitu:
Semakin cepat penanganan penyakit ini dilakukan, maka proses pemulihannya juga bisa semakin cepat. Sayangnya karena gejalanya menyerupai batuk biasa pada umumnya, sehingga penanganan untuk penyakit batuk rejan sering kali terlambat.
Baca Juga: Tiba-tiba Merasa Sesak Napas? Alasan Mengapa dan Apa yang harus dilakukan
Namun, diagnosis pasti dapat dilakukan jika memang seorang pasien memiliki risiko tinggi mengalami batuk rejan. Misalnya batuk dalam jangka panjang dan masih belum sembuh atau memiliki riwayat masalah kesehatan terkait pernapasan. Proses diagnosis dilakukan dengan tes laboratorium dengan pengujian sampel lendir dari bagian belakang tenggorokan dan juga tes darah.
Jika seorang pasien telah dinyatakan mengalami batuk rejan, maka akan dilakukan terapi pengobatan dengan mengonsumsi antibiotik. Dokter akan melakukan pemantauan untuk menentukan terapi pengobatan yang tepat, karena setiap pasien mungkin memiliki kondisi yang berbeda.
Jika pasien memiliki kondisi yang lebih serius, maka pengobatan yang lebih intensif mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Terutama jika bakteri ini menyerang bayi dan menunjukkan gejala yang cukup serius.
Bagi pasien yang terdiagnosis batuk 100 hari atau batuk rejan disarankan untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah terlebih dahulu. Tujuannya untuk membatasi penyebaran bakteri ini agar tidak menulari orang sekitar. Batas waktunya adalah setelah obat antibiotik telah habis diminum dan dokter telah menyatakan aman untuk kembali beraktivitas.
Selain itu, ada baiknya jika demi keamanan orang sekitar, pada awal beraktivitas gunakan masker terlebih dahulu. Jadi, kemungkinan penyebaran bakteri ini melalui droplets dapat dicegah.
Bisakah batuk 100 hari dicegah? Tentu saja bisa, caranya adalah dengan melakukan vaksin. Vaksin ini tersedia untuk segala usia, dari mulai usia bayi hingga dewasa. Bahkan, orang yang sedang hamil sekali pun boleh mendapatkan vaksin ini. Namun, bagi kamu yang memiliki riwayat kesehatan tertentu dan rentan terhadap infeksi bakteri maupun infeksi lainnya, ada baiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu pada tim medis yang menangani penyakitmu, sebelum kamu memutuskan untuk melakukan vaksin.
Selain vaksin, ada juga beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mencegah paparan bakteri ini, yaitu:
Jika kamu mengalami gejala batuk dan tidak juga sembuh setelah beberapa hari, segera lakukan konsultasi pada dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Kamu bisa menggunakan FWD Hospital Care Protection dari FWD Insurance Indonesia saat hasil diagnosis menunjukkan kamu membutuhkan perawatan intensif.
Asuransi kesehatan dari FWD Insurance ini akan membantumu menanggung biaya pengobatan, sehingga kamu bisa mendapatkan perawatan terbaik sesuai dengan plan perjanjian[[K1] [SA2] yang tercantum dalam polis asuransimu. Jadi, penyakitmu bisa segera teratasi dengan baik.
Sumber :