Kesehatan

Apa Beda HIV dan AIDS? Ini Gejala dan Penyebabnya!

4 Desember 2024
FWD Insurance

Passionate People pastinya nggak asing lagi dengan istilah HIV dan AIDS. Di banyak situasi, kedua istilah ini sering kali disebutkan secara bersamaan, sehingga agak wajar jika ada yang mengira keduanya merupakan satu kesatuan. Padahal, HIV dan AIDS adalah dua penyakit autoimun yang berbeda, meski saling berhubungan! Apa saja, sih, yang membedakan keduanya? Yuk simak ulasan lengkap, termasuk gejala dan penyebabnya juga dalam kelanjutan artikel ini!

Apa Itu HIV?

Melansir dari laman HIV.gov, human immunodeficiency virus atau HIV merupakan virus yang menyerang sel-sel yang bertugas membantu tubuh melawan virus. Penyebaran virus ini terjadi ketika cairan tubuh tertentu digunakan secara bersama-sama, mulai dari darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, cairan vagina, cairan dubur, hingga ASI. Karena melumpuhkan kemampuan sel-sel petarung untuk melawan virus-virus yang masuk ke tubuh, HIV mengakibatkan individu yang memilikinya lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit lain.

Sampai saat ini, belum ada obat ataupun metode pengobatan yang dapat mematikan atau menghilangkan HIV dari tubuh manusia. Artinya, begitu seorang individu memiliki virus ini dalam tubuhnya, ia akan mempunyai HIV seumur hidupnya. Lalu, apakah seseorang yang mengidap virus ini tidak bisa menyelamatkan dirinya sama sekali?

Jawabannya tidak juga, ya, Passionate People. Sebab, ada, kok, terapi antiretroviral (atau ART) dalam bentuk obat untuk menekan perkembangan HIV dalam tubuh orang yang sudah terjangkit. Jika obat tersebut diminum sesuai resep, jumlah HIV dalam darah (disebut juga viral load) akan menurun ke tingkat yang sangat rendah. Ketika viral load pengidap HIV sudah sampai ke titik terendah dan tidak lagi terdeteksi di laboratorium, ia dapat hidup lebih lama dan sehat serta tidak akan menularkan HIV kepada pasangan atau orang lain yang negatif HIV sekalipun melakukan hubungan seksual.

Baca Juga: Bagaimana Klaim Penyakit Kritis? Perhatikan Cara Pengajuannya

Apa Itu AIDS?

Masih mengutip dari laman HIV.gov, Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, yakni ketika sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah akibat HIV. Untuk menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi AIDS atau belum, para dokter dan ahli medis umumnya mengacu pada hasil laboratorium dengan hasil sel CD4 berada di bawah 200 sel per milimeter kubik darah (200 sel/mm3) atau kurang dari setengah level normal pada tubuh yang tidak terinfeksi HIV.

Tanda lain yang bisa menunjukkan apakah seorang pengidap HIV sudah terkena AIDS atau belum adalah ketika ia mengalami satu atau lebih infeksi oportunistik, terlepas dari jumlah sel CD4 yang dimiliki. Sebab ketika penderita HIV juga terkena infeksi oportunistik, angka harapan hidupnya akan menurun menjadi 1 tahun dari 3 tahun. Apa, sih, yang dimaksud dengan infeksi oportunistik itu?

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang terjadi lebih sering dan lebih parah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk orang dengan HIV. Beberapa contoh infeksi ini adalah herpes, infeksi salmonela, candidiasis, toksoplasma, pneumonia, dan tuberkulosis.

Perbedaan HIV dan AIDS

Berdasarkan penjelasan di atas, perbedaan antara HIV dan AIDS terletak pada sebab serta waktu terjadinya—di mana HIV disebabkan oleh infeksi virus dan terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan AIDS. Sementara AIDS adalah tingkat akhir dari individu yang terjangkit HIV, sehingga seseorang tidak akan mungkin mengidap AIDS apabila tidak terinfeksi HIV.

Apabila individu dengan HIV rutin mengonsumsi obat penahan perkembangan jumlah virus, ia bisa terhindarkan dari AIDS. Namun jika HIV-nya tidak diobati dengan ART, ia dapat berakhir dengan kondisi AIDS.

Gejala dan Penyebab HIV

Ada satu hal penting yang perlu kamu ketahui: tidak semua orang yang terinfeksi HIV memiliki gejala atau tanda bahwa ia telah memiliki virus tersebut. Oleh karenanya, penting sekali untuk melakukan tes laboratorium jika jatuh sakit. Beberapa gejala HIV yang umum dialami penderitanya meliputi:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Menggigil
  • Kelelahan
  • Sakit tenggorokan dan sariawan yang menyakitkan
  • Nyeri otot dan nyeri sendi
  • Berkeringat di malam hari
  • Diare
  • Turun berat badan
  • Ruam-ruam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Luka di mulut

Gejala-gejala di atas dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Selama itu pula, HIV sudah menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh dan akan terus berkembang sampai menjadi AIDS, jika tidak diobati dengan semestinya.

Baca Juga: Demam Tinggi Pada Anak yang Patut Diwaspadai

Untuk sampai terdiagnosis AIDS, seorang pengidap HIV perlu melalui tiga tahapan HIV terlebih dahulu, yaitu:

  • HIV Akut. Pada tahap ini, gejala awal seperti flu mulai bermunculan. Tahap ini biasa terjadi satu atau dua bulan setelah seorang individu terinfeksi HIV.
  • Tahap kronis. Pada tahap ini, individu dengan infeksi HIV dapat hidup seperti biasa tanpa merasakan gejala apa-apa. Meski begitu, penderita tetap berpotensi menyebarkan HIV kepada orang lain.
  • AIDS. Pada tahap terakhir ini, HIV sudah melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga potensi terjangkit AIDS sudah sangat besar. Orang dengan AIDS juga akan merasakan berbagai gejala atau jatuh sakit ketika sampai di fase ketiga ini.

Gejala dan Penyebab AIDS

Sama seperti ketika terinfeksi HIV, orang yang terjangkit AIDS juga kadang kala tidak tahu bahwa ia memiliki kondisi tersebut. Namun, beberapa gejala yang sering muncul pada penderita AIDS adalah:

  • Demam yang berulang terjadi
  • Pembengkakan kelenjar getah bening kronis, terutama pada leher dan ketiak
  • Bercak-bercak hitam di bawah kulit atau di dalam mulut, hidung, atau kelopak mata
  • Lesi pada mulut atau lidah, alat kelamin, atau anus
  • Benjolan, lesi, atau ruam pada kulit
  • Diare berulang
  • Penurunan berat badan yang cepat

Cara Mendiagnosis HIV dan AIDS

HIV hanya bisa terdeteksi dengan bantuan alat-alat laboratorium. Untuk itu, seseorang perlu melakukan tes menggunakan spesimen darah atau ludah untuk mengecek apakah ia memiliki HIV atau tidak. Jika hasilnya negatif dan orang yang bersangkutan tidak memiliki kemungkinan terpapar HIV dari orang lain selama 3 bulan terakhir, maka diagnosisnya dapat dipastikan negatif.

Jika hasilnya positif, petugas laboratorium biasanya akan meminta individu tersebut untuk melakukan tes lanjutan, seperti pemeriksaan hepatitis, rontgen dada, pap smear, hitung sel CD4, dan tuberkulosis.

Nah, itu dia ulasan lengkap mengenai perbedaan HIV dan AIDS. Setelah ini, semoga kamu nggak bingung membedakan keduanya lagi, ya, Passionate People!

Sumber: