Menonton konser penyanyi, musisi, atau idol kesukaan tentunya menjadi suatu hal yang diinginkan oleh banyak penggemar. Soalnya, mendengar dan melihat langsung bagaimana seniman favorit kamu tampil di atas panggung akan memberikan pengalaman hidup yang luar biasa. Kamu juga begini, nggak, Passionate People? Kalau iya dan setelahnya kamu malah mengalami post concert depression atau PCD, harus gimana, ya?
Yuk, cari tahu informasi lengkap seputar PCD dalam kelanjutan artikel ini!
Post concert depression atau PCD secara kolektif diartikan sebagai perasaan melankolis setelah menghadiri sebuah konser atau festival live music yang sangat dinanti-nantikan. Menurut laman WebMD, perasaan ini dapat berlangsung hanya dalam waktu sementara, tapi bisa juga menyebabkan kondisi depresi yang lebih serius.
Meski begitu, PCD sebetulnya masih belum banyak diteliti oleh parah ahli medis. Laman Healthline juga menyebut bahwa PCD tidak termasuk dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental. Artinya, post concert depression bukan sebuah kondisi depresi dalam lingkup diagnosis medis formal (atau diagnosis klinis).
Ternyata, penyebab utama PCD adalah gejolak hormon dan perubahannya sebelum, saat, dan setelah seseorang menghadiri konser. Kenapa bisa begitu? Ketika Passionate People menanti konser atau acara live music kesukaan, tubuh akan merilis “hormon bahagia” dopamin dan endorfin, yang akan membuat kamu merasa bersemangat menjalani hari.
Ketika konser atau live music itu akhirnya tiba, badan dan pikiran kamu akan disibukkan dengan perasaan senang dan gembira. Nah saat konser selesai, semua perasaan positif itu hilang seketika karena semua kegembiraan yang kamu rasa sudah usai dan kamu harus kembali ke realita. Alhasil, mood kamu menjadi negatif dan timbullah perasaan sedih atau depresif.
Menurut American Psychiatric Association (APA), orang yang mengalami post concert depression mungkin mengalami gejala yang serupa dengan gejala depresi klinis. Beberapa di antaranya adalah:
Hanya saja, APA menilai bahwa setiap orang dengan PCD memiliki tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda—ada yang ringan, ada juga yang berat. Membedakan PCD dengan depresi klinis juga bisa dilihat dari frekuensi perasaan, pikiran, dan emosi negatif yang dirasakan oleh penderita.
Sebuah studi kecil-kecilan di tahun 2020 menemukan bahwa sebagian besar orang dengan PCD memiliki gejala depresi klinis satu atau dua kali dalam seminggu atau setiap dua hari sekali. Gejala PCD lainnya yang dilaporkan para responden adalah perasaan menarik diri dari dunia nyata, mengenang konser tersebut, atau terus-menerus membicarakan acara tersebut. Namun, gejala PCD cenderung pulih atau menghilang dalam hitungan hari atau maksimal dua pekan setelah konser berlalu.
Untuk mengobati depresi klinis, seseorang perlu melakukan kunjungan ke dokter spesialis jiwa atau psikiater. Lalu bagaimana dengan kamu yang mengalami post concert depression? Lembaga nonprofit National Alliance on Mental Illness (NAMI) menjelaskan, perasaan sedih atau cemas setelah sebuah acara besar merupakan hal yang wajar. Perasaan ini juga bisa dikelola, sehingga kamu yang mengalami PCD tidak memerlukan perawatan medis.
Beberapa opsi yang disarankan NAMI untuk membantu kamu menghilangkan PCD adalah melakukan terapi seperti akupuntur dan meditasi atau mengikuti kegiatan yang bisa meningkatkan kadar endorfin seperti berolahraga, karaoke, atau bertukar cerita dengan sesama penggemar dari musisi favorit kmu.
Selain berkegiatan, cara lain yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi PCD adalah mengonsumsi penganan yang tepat. Kombinasi makanan tinggi triptofan dan karbohidrat, misalnya, dianggap dapat membantu tingkatkan kemampuan kamu untuk memproduksi serotonin—si hormon pembuat suasana hati jadi lebih baik. Jadi, kamu bisa memakan ayam, salmon, selai kacang, telur, atau kacang polong yang tinggi triptofan untuk meningkatkan suasana hati dan keluar dari titik PCD.
Menonton konser adalah pengalaman emosional bagi banyak orang. Maksudnya, kegiatan tersebut sejatinya akan ‘meninggalkan’ beragam perasaan yang akan dikenang dan tidak memiliki wujud. Alhasil, tidak ada cara pasti untuk menghindari perasaan sedih atau hampa setelah usai menonton konser.
Namun, APA menyarankan kamu untuk olahraga teratur, makan makanan yang sehat dan seimbang, hindari depresan (seperti alkohol), dan cukupkan tidur. Beberapa aktivitas ini bisa membantu kamu mengurangi risiko depresi setelah menonton konser.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, orang dengan PCD sebetulnya tidak memerlukan kunjungan ke dokter spesialis jiwa untuk mengatasi post concert depression. Pasalnya, situasi tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam hitungan hari atau maksimum sekitar dua pekan.
Kendati demikian, APA menyarankan kamu untuk menemui dokter spesialis jiwa kalau kamu merasakan gejala depresi setiap harinya selama lebih dua minggu atau kalau gejala depresi klinis sudah diikuti dengan terganggunya aktivitas sehari-hari dan tekanan yang signifikan. Yang paling penting, hindari untuk melakukan diagnosa mandiri (self diagnose) setelah menonton konser, ya!
Gimana, Passionate People? Apa kamu masih ingin lanjut menonton konser di lain kesempatan—meski sudah pernah mengalami PCD? Walau membuat sedih dan hampa, konser masih menjadi salah satu alternatif bagi para penggemar untuk menyalurkan hobi dan mencari kegiatan. Semoga informasi di atas bermanfaat buat concert goers kayak kamu, ya!
Sumber: