Kancah perfilman Indonesia tahun ini kembali didominasi oleh karya-karya bergenre horor. Mulai dari film horor penuh seperti Kereta Berdarah yang mulai tayang Februari lalu, Badarawuhi di Desa Penari; prekuel dari film Indonesia terlaris sepanjang masa—KKN di Desa Penari, Siksa Kubur; karya terbaru dari sutradara kenamaan Joko Anwar, hingga film horor komedi Agak Laen yang menduduki posisi kedua film Indonesia terlaris sepanjang masa.
Nah, selain deretan film yang sudah tayang di atas, bioskop di seluruh Indonesia masih akan disambangi oleh sejumlah film horor lainya di sisa 2024 ini, loh, Passionate People! Kalau ingin tahu apa saja film-filmnya, baca artikel ini sampai selesai, ya!
Resmi tayang mulai 27 Juni, Marni: The Story of Wewe Gombel adalah sebuah film horor Indonesia yang mengangkat kisah tentang legenda hantu perempuan wewe gombel dari tanah Jawa. Film yang disutradarai oleh Billy Christian ini menampilkan kolaborasi akting antara Ismi Melinda, Hannah Al Rashid, Amanda Rigby, serta banyak nama beken lain di jajaran pemain pendukung, seperti Shareefa Daanish, Mathias Muchus, Djenar Maesa Ayu, sampai Roy Marten.
Alkisah, Rahayu (Hannah Al Rashid) dan dua anaknya, Anisa (Amanda Rigby) dan Aan (Athar Barakbah) pindah ke sebuah desa. Semuanya berjalan biasa saja, sampai suatu hari Aan menghilang dan Rahayu juga Anisa kelimpungan mencari bocah itu. Usut punya usut, Aan diculik oleh sesosok wewe gombel bernama Marni (Ismi Melinda) yang wafat dengan cara tak adil.
Untuk membawa pulang Aan dari hantu tersebut, Anisa mencari tahu tentang kelemahan wewe gombel Marni. Namun sayang, ketika Aan berhasil kembali ke rumah, bocah itu tidak lagi seperti Aan yang Anisa dan Rahayu kenal. Bagaimana akhir kisah dari keluarga kecil ini? Tonton di bioskop selagi masih sempat, ya!
Buat Passionate People yang sering menonton vlog kreator-kreator di YouTube, mungkin tidak begitu asing dengan judul film satu ini. Yup, film yang tayang mulai 11 Juli ini diangkat dari serial Jurnal Risa yang dimiliki dan dibawakan oleh Risa Saraswati di akun YouTube-nya. Dengan gaya mockumentary atau “dokumenter buatan”, film ini akan mengangkat salah satu episode tim Jurnal Risa saat penelusuran ke salah satu lokasi yang memiliki penghuni berupa makhluk halus.
Karena itu, para pemeran utama dari film ini adalah Risa Saraswati dan teman-teman dari tim Jurnal Risa sendiri. Dilansir dari detik.com, Jurnal Risa by Risa Saraswati akan menceritakan tentang perjalanan Risa dan beberapa content creator lain dalam investigasi terbarunya ke sebuah lokasi yang horor.
Perjalanan itu mulai tidak beres ketika salah satu kreator muda, Prinsa, secara tidak sengaja menyebut nama sesosok menakutkan dari masa lalu Risa. Pada akhirnya, Risa, tim Jurnal Risa, dan beberapa kreator yang ikut serta dalam ekspedisi tersebut harus mencari cara untuk menyelamatkan Prinsa dari cengkeraman maut makhluk tersebut.
Setelah Kereta Berdarah, sutradara Rizal Mantovani kembali dengan karya horor terbarunya, Pusaka. Tayang mulai 18 Juli, film horor ini menceritakan tentang benda pusaka mengantarkan kutukan. Bersama Shareefa Daanish dan Slamet Raharjo yang memerankan karakter utama dalam film ini, ada juga aktor-aktor muda lain seperti Bukie B. Mansyur, Shofia Shireen, Sahila Hisyam, dan aktor kawakan Joseph Kara, serta stand-up comedian Coki Anwar.
Cerita dimulai dengan keinginan Randi (Bukie B. Mansyur) dan Bian (Shofia Shireen) untuk merenovasi rumah besar milik ayah mereka, Risang Wisangko (Slamet Rahardjo), yang merupakan seorang kolektor benda-benda bersejarah, seperti arca, prasasti, juga berbagai senjata berusia ratusan tahun.
Proyek renovasi tersebut dikerjakan oleh Nina (Shareefa Daanish) dan beberapa anggotanya. Ketika tim ini sedang melakukan survei untuk keperluan pemugaran, kutukan terlepas dari sebuah benda pusaka yang sudah lama ada di dalam bunker rumah tersebut. Apakah bentuk kutukannya? Siapa juga yang akan menyelamatkan mereka? Tonton film Pusaka hanya di bioskop untuk tahu jawabannya, ya!
Kalau melihat daftarnya, 4 dari 10 film Indonesia terlaris sepanjang masa adalah film bergenre horor. Nah, realita ini ternyata pernah dibahas oleh beberapa pakar dalam situs VOA Indonesia, loh. Setidaknya, ada 3 argumen kenapa film horor memiliki banyak penggemar, yang terefleksi dari angka jumlah penonton, di Indonesia.
Argumen pertama datang dari produser salah satu rumah produksi kenamaan, MD Entertainment. Manoj Punjabi, si executive producer banyak film terlaris Indonesia, berpendapat film horor itu relatable atau lekat bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, banyak warga percaya atau mau memercayai kejadian-kejadian yang ditampilkan dalam film horor. Hal ini tentunya tidak lepas dari kejadian ‘horor’ di dunia nyata yang mungkin dialami atau dilihat masyarakat kita, seperti kesurupan.
Argumen kedua berasal dari seorang penulis sekaligus penikmat karya horor Nadia Bulkin. Penulis blasteran Indonesia–Amerika ini bilang, penduduk Indonesia banyak yang mendapatkan cerita horor sejak masa muda. Cerita-cerita yang terus berulang ini menimbulkan paham animisme, yaitu kepercayaan akan adanya makhluk halus dan roh, juga mistitisme, yaitu kepercayaan pada hal-hal gaib, di kalangan masyarakat Indonesia. Jadinya, tidak heran kalau banyak yang akan menikmati karya-karya fiksi bergenre horor.
Argumen terakhir disampaikan oleh Dwi Nugroho, dosen Institut Seni Indonesia sekaligus kritikus film. Menurutnya, film horor adalah refleksi dari kebudayaan masyarakat kita. Sebab, penduduk Indonesia banyak yang menyukai hal-hal berbau mistis dan mitologi (legenda). Jadi ketika ada kesempatan untuk melihat hal-hal tersebut dalam medium audio visual seperti film, para penggemar horor akan sangat senang untuk menyaksikannya.
Wah, ternyata ‘horor’ dalam film-film Indonesia bukan sekadar genre, ya—tetapi sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat kita. Passionate People juga suka menonton film horor atau tidak, nih?
Sumber :