Dunia boleh kian terkoneksi berkat bantuan teknologi jaringan komunikasi. Namun, sebagian besar wilayah di Pulau Papua masih belum tersentuh dunia modern lantaran medan yang sulit dan akses yang terbatas. Meski begitu, eksotisme wilayah-wilayah di pulau ini masih terjaga dengan baik. Salah satunya adalah Lembah Baliem di Pegunungan Jayawijaya. Kalau kamu ingin tahu apa saja kegiatan selama explore Lembah Baliem, yuk simak kelanjutan artikel ini!
Sekilas tentang Lembah Baliem
Lembah Baliem adalah rumah bagi Suku Dani, salah satu suku asli penduduk Papua. Tanah rendah dengan luas sekitar 2.000 km persegi ini terletak pada ketinggian 1600 mdpl Pegunungan Jayawijaya. Saking terpencilnya, kawasan ini ‘baru’ dapat ditemukan oleh orang luar pada 23 Juni 1938 ketika seorang ahli zoologi bernama Richard Archbold melakukan ekspedisi ketiga dengan pesawat amfibi di atas Sungai Baliem.
Pasca-penemuan itu, Lembah Baliem perlahan mulai menerima kunjungan dari ‘dunia luar’ hingga kini bisa menjadi salah satu destinasi wisata eksotis di timur Indonesia. Kendati begitu, penduduk setempat tetaplah hidup sebagaimana mereka bermasyarakat sebelum ‘ditemukan’ oleh sang ahli zoologi.
Trekking ke Lembah Baliem
Mengingat lokasinya berada di daratan tinggi, explore Lembah Baliem tentu bukan aktivitas yang mudah dilakukan. Pasalnya, trekking ke kawasan ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Ini juga berarti bahwa kamu perlu mengikuti tur dari agen-agen perjalanan setempat yang sudah berpengalaman jika ingin mengeksplorasi tempat ini.
Untuk mencapai Lembah Baliem, kamu harus menggunakan pesawat terbang ke Bandara Wamena terlebih dahulu. Dari sana, pemandu aktivitas trekking-mu akan menjemput kamu dan rombongan menggunakan mobil atau bus. Setelah itu, barulah perjalanan trekking dimulai.
Mengutip salah satu agen perjalanan wisata, trekking ke tanah kelahiran Suku Dani ini akan dimulai dengan melewati jalur Kilise di Gunung Hesegen untuk menuju Sogokmo. Rute pertama ini memakan waktu sekitar 4 jam.
Selepas sarapan di Sogokmo, perjalanan trekking dilanjutkan menuju Desa Wuserem. Rute kedua ini akan memakan waktu sekitar 5–6 jam dan membawa kamu melihat ladang-ladang ubi milik penduduk Suku Dani, hutan hujan lebat tak berpenghuni, sekaligus keseharian mereka yang masih primitif. Setiba di Desa Wuserem, kamu akan bermalam.
Keesokan harinya, perjalanan trekking di Lembah Baliem akan dilanjutkan kembali. Kali ini, perjalanan mendaki kamu akan melewati satu demi satu desa kuno di lembah ini; termasuk sekitar Sungai Mugi dan ladang pertanian penduduk Suku Dani. Sekitar jam makan siang, kamu dan rombongan akan tiba di Syokosimo untuk menyantap makan siang terlebih dahulu. Rute hiking selama 5–6 jam ini akan disambung menuju Kampung Hitugi.
Rute terakhir trekking ke Lembah Baliem akan membawa kamu dan rombongan melewati Sungai Baliem dan jembatan kuningnya yang terkenal menuju Kurima. Biasanya, rombongan trekking akan menghabiskan waktu makan siang mereka untuk berpinik sejenak sebelum kembali ke Sogokmo dalam kurun 5–6 jam hiking.
Tertarik untuk coba explore Lembah Baliem dengan cara trekking? Lengkapi dulu diri kamu dengan Asuransi Kecelakaan Bebas Aksi Flash yang bakal melindungi perjalanan mendakimu selama hampir sepekan di Lembah Baliem. Cukup membayar premi mulai dari Rp 30,000 kamu sudah bisa dapat manfaat pertanggungan hingga Rp50 juta rupiah. Berkunjung ke tanah kelahiran Suku Dani pun menjadi lebih nyaman karena kamu sudah dapat perlindungan!