Maraton adalah lomba lari jarak jauh dengan rentang 42,195 kilometer yang biasa dilakukan di jalan raya. Olahraga dari legenda Yunani ini dapat ditempuh dengan berlari tanpa putus atau dengan kombinasi lari-jalan. Meski membutuhkan komitmen tinggi dan sangat menguras tenaga, cabang olahraga satu ini terus diminati oleh orang-orang, baik profesional maupun non-profesional.
Kira-kira apa yang membuat mereka tertarik ikut maraton, ya? Cari tahu jawabannya dalam artikel ini, yuk!
Manfaat kesehatan yang melimpah
Pada dasarnya, aktivitas gerak tubuh apa pun akan memberikan manfaat positif pada fisik seseorang. Sebab semakin banyak seseorang bergerak, maka semakin banyak pula otot, sendi, serta bagian-bagian tubuhnya yang bekerja dengan aktif. Tentunya, tidak mengherankan bila maraton yang berdurasi panjang dapat membentuk tubuh si pelari menjadi lebih bugar, kan?
Lebih dari itu, maraton juga dinilai dapat meningkatkan kinerja otak, daya lihat (mata), kinerja kognitif, sistem vaskular tubuh, hingga kesejahteraan mental, lho, Passionate People. Para peneliti di Salk Institute for Biological Studies di California baru-baru ini menemukan bahwa keterampilan berlari dan menghafal seorang manusia itu serupa.
Ilmuwan lain dari University of Augsburg di Jerman juga menemukan bahwa daya tahan seseorang saat berlari bisa menciptakan adaptasi vaskular, yang nantinya dapat meningkatkan kinerja kognitif dan sistem vaskular secara menyeluruh. Dari sisi mental atau psikis, lari maraton dianggap dapat membuat seseorang merasa lebih energik dan terlepas dari stres.
Ambisi untuk mengalahkan diri sendiri
Alasan lain mengapa orang senang ikut lari maraton, rupanya, berkaitan erat dengan motivasi psikologis yang dimiliki masing-masing pelari. Contohnya adalah Matt Huff warga New York yang baru saja menyelesaikan maraton kesembilanya di Berlin yang menganggap maraton sebagai rasa candu atas kepuasan yang tertunda. Menurutnya, perasaan ketika ia berhasil melewati garis akhir setelah usaha dan waktu yang tidak sebentar adalah sebuah candu yang begitu mengundang.
Pelari lain, Tom Eller dari Jerman, menganggap maraton adalah daya tarik untuk mengalahkan keterbatasan fisiknya. Sebagai seorang Tuli, Tom selalu kembali mengikuti event maraton lantaran ia ingin mengalahkan dirinya sendiri sekaligus membuktikan bahwa seorang Disabilitas juga bisa menggapai hal hebat seperti lari maraton penuh atau full marathon.
Mengukir peristiwa penting dalam hidup
Alasan satu ini mungkin agak sedikit mengejutkan. Namun, begitulah hasil penelitian sejumlah ilmuwan dari Jerzy Kukuczka Academy of Physical Education di Polandia dan juga Lund University di Swedia. Dua kelompok peneliti dari dua universitas tersebut menemukan jika keberhasilan lari maraton hingga garis akhir dapat menjadi salah satu ukiran peristiwa penting dalam hidup seseorang.
Anggapan itu dapat juga diibaratkan sebagai keberhasilan si pelari untuk meraih pencapaian lain di masa depan hidupnya. Bahwa lari maraton saja dapat ia tuntaskan, tentu hal-hal lain dalam hidupnya di waktu yang akan datang pun pasti mampu ia selesaikan.
Nah, itulah dia beberapa alasan di balik keputusan orang-orang yang senang mengikuti lari maraton. Apakah kamu sedang punya rencana atau tertarik mengikuti event maraton—baik itu half- maupun full marathon?
Kalau iya, jangan lupa lindungi diri kamu dengan FWD Bebas Aksi Flash terlebih dahulu, ya! Soalnya, asuransi kecelakaan diri singkat satu ini dapat melindungi kamu dari risiko-risiko yang mungkin timbul ketika kamu ikut event lari maraton. Dengan premi mulai dari Rp30 rupiah saja, kamu bisa dapat perlindungan penuh selama sepekan dan manfaat penggantian hingga jutaan rupiah.
Sumber: