Sejak kemunculannya, COVID-19 menghantam segala macam sektor kehidupan. Bidang kesehatan, turisme, hingga ekonomi dan moneter, semuanya tidak bisa menghindari dampak domino pandemi. Akan tetapi, NFT—bersama ‘saudaranya’, cryptocurrency—justru meroket tajam di era wabah ini. Bagaimana bisa? Yuk cari tahu jawabannya dalam ulasan artikel berikut ini, Passionate People!
Definisi NFT
NFT atau non-fungible token merupakan sepotong data (token) yang memverifikasi kepemilikan kamu atas item atau benda digital dalam teknologi blockchain (buku besar terpusat dalam jaringan komputer peer-to-peer yang mencatat transaksi barang atau aset digital). Mengutip laman Bigalpha.id, token ini tidak dapat dipertukarkan, namun dapat diperjualbelikan.
Secara prinsip, NFT serupa dengan cryptocurrency atau mata uang kripto yang dapat digunakan untuk membeli sesuatu secara digital. Namun secara fungsi, token ini berperan sebagai sertifikat kepemilikan atas barang yang sudah dibeli secara digital.
Untuk membeli sebuah NFT, kamu cukup memiliki dompet mata uang kripto dan menentukan mata uang kripto yang akan kamu gunakan untuk bertransaksi. Selanjutnya, kamu hanya tinggal memilih pasar atau platform NFT mana yang akan kamu sasar untuk membeli item digital tersebut. Sebagai informasi, saat ini sudah ada banyak pasar NFT, seperti OpenSea, Mintable, Nifty Gateway, juga Rarible. Sementara mata uang kripto yang lazim dipakai untuk bertransaksi NFT adalah Ethereum (ETH).
Sebaliknya, untuk menjual sebuah NFT, kamu cukup memajang item kamu dengan harga penawaran awal di salah satu pasar NFT yang sudah disebutkan di atas. Objek tersebut nantinya akan ditawar oleh orang-orang yang mampir ke laman karya kamu. Ketika kamu sepakat dengan harga penawaran yang datang, kamu bisa ‘melepaskan’ objek tersebut kepada si pembeli.
Meroketnya NFT di Era Pandemi
NFT sebetulnya bukanlah nama baru dalam lingkup blockchain. Pasalnya, token ini telah ada sejak tahun 2014, namun popularitasnya baru meledak pada periode pandemi; tepatnya ketika transaksi lebih dari $2,5 miliar tercatat selama paruh pertama tahun 2021. ‘Kegilaan’ NFT ini semakin menjadi tatkala transaksi sebesar $1,2 juta terjadi selama bulan Juli 2021 saja.
Menurut Forbes, meroketnya NFT di era pandemi tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa generasi milenial dan Z cenderung memiliki apreasiasi yang lebih tinggi pada platfrom digital, nih, Passionate People. Tak ayal, popularitas NFT bisa seketika melambung setelah ia dikenal luas oleh kedua generasi tersebut. Belum lagi, NFT disebut-sebut sebagai alat investasi yang menjanjikan bagi para seniman dunia digital.
Transaksi NFT yang Paling Fantastis
Sejauh ini, baru ada beberapa item NFT yang terjual dengan nominal sangat fantastis. Yang tertinggi adalah seni digital berjudul Everydays: The First 5000 Days karya Beeple yang terjual seharga $69,3 juta atau setara dengan Rp987 miliar. Selanjutnya, ada seni digital bernama CryptoPunk #7523, CryptoPunk #3100, dan CryptoPunk #7804 yang terjual seharga $11,75 juta (Rp167 miliar), $7,67 juta (Rp109 miliar), dan $7,6 juta (Rp108 miliar).
Selain karya-karya di atas, ada juga cuitan atau tweet pertama Jack Dorsey, pendiri Twitter, yang terjual seharga $2,5 juta (Rp35 miliar), karya fotografi Kevin Abosch senilai $1 juta (Rp14 miliar), seni kripto Nyan Cat seharga $580 ribu (Rp8,2 miliar), artikel New York Times seharga lebih dari $550 ribu, hingga lukisan milik peneliti dan penulis Denny JA yang laku di angka Rp1 miliar.
Kendati begitu, Forbes menyimpulkan bahwa rata-rata harga item NFT ada di angka $200 atau setara dengan Rp2,8 juta. Jika kamu tertarik untuk terjun ke dalam dunia ini, kamu bisa mulai memajang karya atau objek apa pun dalam pasar NFT untuk ditawar oleh publik.
Demikianlah ulasan tentang NFT serta performanya selama periode pandemi. Apakah kamu tertarik untuk ikut berinvestasi NFT?
Sumber :