Jatuh sakit, terlebih karena penyakit kritis, tentu bukan harapan siapa-siapa. Kendati demikian, kombinasi gaya hidup, genetika, serta faktor lingkungan merupakan sejumlah penyebab utama yang membuat seseorang dapat terdiagnosis penyakit kritis kapan pun itu. Kalau tidak punya kondisi finansial yang baik, situasi ini tentu saja bisa mengganggu kelangsungan hidup kamu.
Agar kondisi keuangan tidak semakin terpuruk, mari cari tahu bagaimana cara mengatur keuangan bagi orang dengan penyakit kritis.
Tinjau ulang tujuan keuangan yang sudah dimiliki
Mrin Agarwal—seorang pendidik keuangan, direktur-pendiri Finsafe India Pvt. Ltd, serta pendiri Womantara—dalam situs livemint.com mengatakan langkah pertama untuk mengatur keuangan setelah terdiagnosis penyakit kritis adalah meninjau ulang tujuan keuangan. Menurutnya, orang dengan penyakit kritis harus bisa membuka pikiran atas “situasi baru” yang sedang ia alami. Artinya, ia wajib menyusun kembali prioritas keuangannya, yang nantinya akan jamak untuk perawatan medis.
Kita tahu bersama jika perawatan medis untuk penyakit kritis tidaklah murah. Maka, tidak menutup kemungkinan bahwa proses peninjauan ulang tujuan keuangan akan membuat orang dengan penyakit kritis melepaskan atau menjual aset-asetnya demi mengumpulkan modal untuk perawatan medis. Selain itu, tujuan finansial terdahulu lainnya—seperti menikah, menambah aset, atau menambah tabungan pensiun—bisa juga tersingkir seiring dengan kebutuhan perawatan medis yang jamak.
Alihkan aset-aset yang dipunyai
Seperti yang sudah diulas pada poin sebelumnya, kemungkinan kamu melepaskan aset-aset pribadimu usai terdiagnosis penyakit kritis cukup besar. Untuk itu, kamu harus mendata kembali seluruh aset yang dipunyai agar dapat dialihkan buat memenuhi tuntutan perawatan medis.
Seorang pendiri firma penasihat keuangan di Mumbai, Prakash Praharaj, merekomendasikan orang dengan penyakit kritis untuk mengalihkan aset-aset jangka panjang seperti rumah atau emas ke aset jangka pendek seperti deposito bank dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan membuat harta atau aset pasien penyakit kritis tersebut tetap cair (liquid) dan bisa memenuhi kebutuhan darurat terkait perawatan medis.
Atur ulang anggaran keuangan berdasarkan penyakit kritis yang dialami
Langkah terakhir yang harus dilakukan ialah mengatur kembali anggaran keuangan berdasarkan penyakit kritis yang diderita. Portal berita EP India Times menyebut hal ini penting mengingat jenis dan stadium penyakit kritis adalah faktor yang menentukan biaya serta tingkat kesiapan finansial orang dengan penyakit kritis.
Pankaaj Maalde, seorang perencana keuangan di Mumbai, menuturkan setidaknya ada 3 jenis pengeluaran ketika mengatur rencana keuangan untuk orang dengan penyakit kritis. Ketiganya adalah rawat inap reguler, perawatan medis jangka panjang tanpa rawat inap setiap saat, serta substitusi penghasilan ketika kehilangan pekerjaan. Setelah tahu perawatan medis seperti apa yang harus diterima, barulah kamu bisa menyusun ulang anggaran keuangan; yang tentunya sudah ditinjau kembali.
Begitulah cara mengatur keuangan untuk orang dengan penyakit kritis. Sebetulnya, kondisi di atas dapat kamu hindari andai saja kamu sudah memproteksi diri kamu dengan FWD Critical Armor. Sebab, produk asuransi penyakit kritis ini akan melindungi kamu secara finansial atas klaim lebih dari 3x penyakit kritis. Tak sampai di situ, kamu juga tidak perlu lagi terbebani dengan kewajiban bayar premi jika sudah terdiagnosis penyakit kritis major. Pun kalau hingga akhir masa pertanggungan kamu tidak pernah terdiagnosis penyakit kritis major, kamu akan mendapatkan kembali 100% premi yang telah kamu bayarkan selama menjadi nasabah.